Semester lalu, seorang teman sekelasku di kampus dikabarkan dirawat di rumah sakit karena penyakit entah tumor entah kanker usus. Awalnya dia dirawat di rumah sakit bojonegoro tetapi kemudian dirujuk di rumah sakit surabaya. Beberapa teman sudah ada yang menjenguk, yang kemudian aku bersama teman-teman lainnya juga datang menjenguk untuk memberi semangat.
Jujur, aku sangat membenci rumah sakit apalagi ketika melihat berbagai peralatan medis yang cukup membuatku ketakutan.
Aku dan teman-teman memasuki rumah sakit dan langsung menuju kamar yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan teman kampus. Sebuah kamar di dekat meja perawat yang letaknya hampir di ujung lorong, kami mengetuk pintu dan melihat dua orang wanita dan laki-laki yang cukup tua duduk di lantai menyambut kami. Di balik tembok, ada sebuah tempat tidur tempat teman kami berbaring dengan berbagai infus di sampingnya. Tubuhnya lemah, kurus, sangat jauh berbeda dari yang kami lihat terakhir di kampus. Kami sempat terkejut untuk beberapa saat, ya ini pertama kali bagiku menjenguk teman yang sakitnya sangat serius. Dia juga menunjukkan beberapa efek akibat kemoterapi di tangannya, dia lebih banyak diam karena memang dia pemalu. Dia mengatakan operasinya berhasil dan hanya perlu menjalankan tiga kali kemoterapi lagi untuk membersihkan sisa-sisa tumornya. Beberapa jam kami berbincang dan kami pamit pulang, berdoa agar dia cepat sembuh dan kembali kuliah.
Semester telah berganti, sudah memasuki semester delapan dan bisa dibilang ini semester terakhir dalam perkuliahan. Aku ingat, beberapa minggu yang lalu aku sempat bertanya bagaimana kabarnya melalui bbm, dia membalas cukup baik dan masih harus kemoterapi serta beberapa pemulihan lainnya. Aku memberinya semangat agar kuat menghadapi penyakitnya. Dia memajang foto sekelas di display picture bbmnya dan sebuah status yang menyemangati dirinya sendiri untuk sembuh dan kuat melawan penyakitnya. Kemudian tidak ada kabar lagi.
Kemarin malam sekitar pukul delapan, banyak notifikasi di blackberryku, grup bbm, pesan bbm, dan facebook. Aku pikir ini menyangkut jadwal atau pengumuman perkuliahan. Tiba-tiba muncul notifikasi di layar iPodku, grup facebook, yang mengabarkan telah meninggal teman kita. Entah mengapa, tiba-tiba aku sesam napas dan menangis di dalam kamar. Dia masih muda, ya kami seumuran, tapi dia lebih dulu dipanggil oleh-Nya. Ingatanku kembali ketika aku dan teman-teman menjenguknya, betapa besar perjuangan orang tuanya untuk mencari biaya pengobatan anaknya, begitu besar harapan dalam benak mereka. Tapi kini, Allah berkehendak lain, bukan berarti semua usaha mereka tidak berarti, mereka sudah sangat berusaha semampu mereka. Aku tidak tahu, apakah dia terlalu lelah dan menyerah putus asa, atau dia berusaha dan menyerahkan semuanya kepada Allah?.
Siapa yang mau sakit, aku rasa tidak ada yang mau jatuh sakit. Ini tubuh kita yang jelas merupakan tanggung jawab diri kita sendiri. Kita harus belajar dari pengalaman orang lain. Banyak orang sakit yang sangat ingin sembuh, kenapa kita yang sehat tidak menjaganya agar tetap sehat?.
Kadang aku selalu memposisikan diriku menjadi orang lain, ya seperti aku memposisikan diriku sebagai dirinya. Aku mungkin tidak sekuat dia, aku juga akan menyesal bahkan sangat merasa bersalah. Aku belum bisa membahagiakan dan membanggakan kedua orang tuaku, aku belum merasakan wisuda, aku belum merasakan berumah tangga, mengurus anak, dan menjadi tua. Aku bersyukur saat ini aku masih diperkenankan untuk hidup, diberikan kesempatan untuk berusaha membahagiakan dan membanggakan kedua orang tuaku, mencapai masa depanku. Terima Kasih Ya Allah.
Selamat jalan teman, selamat jalan kawan, semoga tenang di sana. Amin.
Monday, February 25, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment